Rabu, 01 Desember 2010

TSUNAMI MENTAWAI, SUMATERA BARAT

    Tsunami datang tak lebih dari tujuh menit. Dan seketika, Mentawai luluh lantah. Tragedi itu menyebabkan lebih dari 500 jiwa meregang nyawa dan 20 orang lainnya hilang. Bukan cuma itu, hampir seribu rumah, sekolah, dan tempat ibadah hancur. 

    Sapuan gelombang dahsyat pada 26 Oktober silam, tepatnya sekitar pukul 21.30 WIB itu didahului gempa berkekuatan 7,2 sekala Richter (SR). Pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer dari permukaan laut. Lokasi tersebut berada 78 kilo meter di sebelah barat daya Pagai Selatan, Mentawai.

     Gempa dan tsunami kerap menjadi perhatian peneliti. Terlebih, empat gugusan Kepulauan Mentawai, yakni Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Selatan menjadi bagian Sunda Megathrust, areal yang dikenal sebagai pusat desakan antara lempeng tektonik Indo-Australia dan lempeng-lempeng Eurasia. Sunda Megathrust menjadi salah satu garis patahan paling aktif di dunia. 

    Para ahli tsunami pun datang. Mereka dipecah menjadi dua kelompok yang bertugas mencari sebanyak mungkin fakta kebumian tentang bencana kilat yang menghancurkan Mentawai. Penelitian dilakukan di sepanjang bibir Pantai Asahan menuju Purorogat, lokasi permukiman yang terkena dampak cukup hebat. 

      Menurut Johan Koto, warga Purorogat, tsunami Mentawai datang sekitar lima sampai tujuh menit setelah gempa yang tidak begitu kuat. Penduduk yang tidak merasakan besar getaran, sebagian besar masih di rumah. 

      Hantaman air tsunami kerap meningalkan jejak. Sejauh ini, data dan fakta tsunami baru bisa diurai setelah amukan alam tersebut berlangsung. Belum ada teknologi yang mampu memprediksi gempa dan tsunami secara akurat. 

      Seorang ahli tsunami purba LIPI Dr Eko Julianto mencatat, gelombang tsunami Mentawai sangat cepat. Bencana itu datang dengan kecepatan 800 kilometer per jam di dalam laut. Hal itu menyebabkan gelombang air sudah mencapai daratan dalam hitungan menit dengan kecepatan sekitar 30-40 kilometer per jam. 

    Pertengahan tahun silam, peneliti Jepang dan Indonesia mengebor wilayah Pagai selatan. Pengeboran dilakukan untuk mengambil tulang terumbu karang. Struktur batuan sedimen dari kapur itu, tumbuh satu sentimeter setiap tahunnya. Dari setiap pertumbuhannya dapat dibaca pengaruh kejadian gempa ratusan tahun ke belakang. 

     Seperti dikatakan seismolog Universitas Hokaido Tsuyoshi Watanabe, "Dari terumbu karang kita dapat menganalisa kejadian gempa besar di masa lampau. Terumbu karang pada saat gempa sesaat berhenti berkembang. Maka kita dapat melihat dari pertumbuhan struktur tulang terumbu karang tersebut."  

     Analisis dapat berlangsung tahunan dengan detil prediksi kejadian gempa dan tsunami. Peneliti menemui beberapa fakta. Batas luka dan ranting atau sampah di pohon menjadi indikator ketinggian gelombang tsunami. Dan di Mentawai, ketinggian tsunami mencapai sekitar lima sampai delapan meter. 

       Tsunami mentawai adalah jenis tsunami yang jarang terjad lantaran gempa tidak dirasakan kuat. Tapi menciptakan gelombang air pembunuh. Profesor Kenji Satake, Seimolog Universitas Tokyo berpendapat, kondisi geografis Indonesia sangat rawan bencana.

     Sistem peringatan dini belum efektif untuk kepulauan terdepan. Maka dari itu, tsunami Mentawai sudah semestinya tidak sekadar menjadi peringatan, tapi sebuah pembelajaran panjang.


       Tsunami mentawai yang terjadi tanggal 26 oktober 2010 telah merenggut banyak nyawa dan juga korban, hingga kini proses pencarian korban tsunami mentawai masih terus dilangsungkan, Indonesia tengah berduka karena pada saat yang sama terjadi banyak bencana alam seperti Letusan merapi, tsunami mentawai dan juga banjir jakarta. Ratusan orang meninggal, warga kehilangan tempat tinggal, dan kini bahan makanan semakin menipis. Warga pun terpaksa harus berpikir dan mencari jalan keluar sendiri. Berita bencana di Indonesia kini juga tengah menjadi sorotan dunia, terbukti dengan banyaknya pemberitaan mengenai bencana di indonesia yang terjadi sekaligus seperti banjir wasior, letusan merapi dan juga tsunami mentawai.

     Korban tewas akibat gempa 7,2 SR yang berlanjut dengan tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, sudah mencapai 311 orang. Jumlah korban diprediksi terus bertambah karena masih banyak lokasi yang belum bisa ditembus tim evakuasi. berikut adalah kabar terkini tentang bencana tsunami mentawai.

    Saat ini, tim evakuasi menggali kuburan massal untuk memakamkan para korban yang sudah teridentifikasi. Setidaknya, ada tiga titik kuburan massal untuk memakamkan ratusan jenazah. Sampai hari ini, Kamis 28 Oktober 2010, tim evakuasi yang sudah menyisir 15 dusun terus melakukan penguburan massal seiring ditemukannya jenazah demi jenazah. Sampai saat ini juga saya sendiri belum mendapatkan daftar nama korban tewas tsunami mentawai. begitu juga dengan tempat untuk mengirimkan bantuan korban tsunami mentawai yang diawali dengan gempa sekuat 7,2SR.

      Tiga titik kuburan massal itu yakni di Desa Munte Baru-Baru, Pagai Utara, ada sekitar 87 jenazah. Kemudian di Desa Mahosai, Pagai Utara, sekitar 35 jenazah dan di Kecamatan Malakopak, Pagai Selatan, ada sekitar 50 jenazah dikuburkan secara massal. Untuk mengikuti kabar perkembangan terbaru seputar tsunami mentawai anda bisa pantau terus di situs situs berita nasional dan juga televisi anda. atau bisa juga anda cari informasi mengenai kronologis tsunami mentawai.


SARAN :

    Pendapat saya tentang bencana alam ini, kita seharusnya belajar dari bencana alam Tsunami sebelumnya di Aceh. Tsunami memang sulit diprediksi kapan akan terjadi, namun kita harus selalu waspada dikala terjadi gejala-gejala yang akan menunjukan Tsunami akan terjadi. Di tahun 2010 ini Indonesia memang benar-benar sedang berduka, begitu banyak bencana yang datang silih berganti, tidak ada yang bisa kita lakukan selain berlindung kepada-Nya dan terus berusaha melakukan yang terbaik. Berdoa terus untuk keselamatan Indonesia, Let’s Pray for Indonesia !

      Solusi yang dapat saya berikan tentang bencana alam tsunami di Mentawai ini adalah yang pertama pemerintah selaku pemegang kuasa dan pengatur daerah setempat harus lebih memperhatikan nasib para penduduk terutama yang berada disekitar pesisir pantai, alat pemantau Tsunami seharusnya difungsikan secara maksimal untuk mengetahui kapan Tsunami akan tiba. Solusi yang kedua penduduk harus waspada ketika mereka merasakan gempa, jika memang gempa dirasakan di sekitar daerah dekat laut penduduk diharapkan untuk segera menjauhi daerah-daerah yang dekat dengan laut tersebut dan menuju ke tempat-tempat yang jauh & tinggi, seperti bukit.

SUMBER DATA :

liputan6.com.sctv.201011
TsunamiMentawai.http://dimasprasetyoko.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

Shout Me

Name :
Web URL :
Message :

Facebook Minisite